“Dana Desa Menguap, Pasar Baru di Okaba Justru Tak Bernyawa”

Kami sudah berusaha untuk menawarkan kepada warga untuk mengisi, tapi belum ada yang mau

Kondisi pasar okaba yang terlihat sangat sunyi (Foto: IPS)

Di tepi Jl. Pembangunan, berdiri sebuah bangunan yang seharusnya menjadi pusat denyut ekonomi warga Kampung Okaba. Namanya Pasar OTIH ANIM NANGGO dibangun menggunakan Dana Desa Silpa 2023 tahun anggaran 2024, dan secara fisik terlihat kokoh serta rapi. Namun sayangnya, bangunan itu kini lebih mirip monumen daripada pasar. Tidak ada hiruk-pikuk penjual, tidak terdengar tawar-menawar harga, dan halaman pasar dikelilingi rumput liar yang tumbuh tanpa terkendali.

Pasar ini terdiri dari enam blok yang dibangun sesuai dengan jumlah enam RT di kampung tersebut. Setiap bangunan disiapkan untuk menampung aktivitas ekonomi masyarakat: sayur, ikan, hasil kebun, dan kebutuhan harian lainnya. Tapi nyatanya, hingga hari ini bangunan-bangunan itu masih kosong, seperti menunggu sesuatu yang tak kunjung datang.

Kepala Kampung Okaba, Yohanes Mahuze, tidak menutupi kondisi itu. Kepada Info Papua Selatan, ia mengakui bahwa pasar OTIH ANIM NANGGO memang belum memiliki satu pun penjual.

“Kami sudah berusaha untuk menawarkan kepada warga untuk mengisi, tapi belum ada yang mau,”

ujarnya saat ditemui di kediamannya, Jumat (14/11).

Penolakan warga untuk berjualan di pasar sebenarnya bukan tanpa alasan. Banyak warga pendatang yang berjualan kebutuhan di kios-kios mereka. Sehingga secara strategis membuat masyarakat tak mampu bersaing dengan warga pendatang. 

Melihat kondisi tersebut, Yohanes Mahuze menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam. Ia menyusun rencana untuk membangkitkan kembali fungsi pasar yang telah dibangun dengan biaya desa itu. Salah satu langkah yang akan ditempuh ialah membuat Peraturan Kampung (Perkam).

Rencananya, Perkam tersebut akan melarang kios-kios warga pendatang untuk menjual sayur dan ikan, dan mewajibkan seluruh aktivitas penjualan komoditas itu diberikan kepada Warga lokal yang dipusatkan di pasar OTIH ANIM NANGGO.

 “Saya akan membuat peraturan kampung untuk melarang penjualan sayur dan ikan di kios-kios. Agar penjualan sayur dan ikan bisa terfokus di pasar yang telah dibuat,”

tegas Yohanes.

Dengan aturan ini, pemerintah kampung berharap ekonomi bisa bergerak, aktivitas jual beli kembali hidup, dan pasar benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya.

Yohanes Mahuze memastikan bahwa realisasi Perkam akan dilakukan pada tahun 2026. Artinya, masyarakat masih harus menunggu satu tahun lagi untuk melihat apakah aturan tersebut mampu menghidupkan kembali pasar yang kini tertidur.

Pasar OTIH ANIM NANGGO, yang seharusnya menjadi pusat perputaran ekonomi, saat ini masih menjadi ruang kosong tanpa denyut kehidupan. Tahun 2026 akan menjadi penentu: apakah pasar ini akan bangkit menjadi pusat ekonomi kampung, atau tetap menjadi bangunan sunyi yang dibiarkan ditumbuhi rumput liar? (JR)


Editor: RR

AGENDA
LINK TERKAIT