Dari Bakau ke Surga: Pelajaran Iman, Kepemimpinan, dan Ketekunan bagi Pelayan yang Memilih Tinggal

Pada 19 Desember 2025, di Agats, Papua Selatan, sebuah peristiwa iman dan intelektual berlangsung: peluncuran buku Mgr. Aloysius Murwito, OFM: Dari Bakau ke Surga – TUHAN Tidak Pernah Jauh, bersama tiga judul buku lainnya, dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-75 Uskup Agats–Asmat. Peluncuran ini dilaksanakan di tanah Asmat sendiri, bukan di kota besar dan didukung penuh oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat.

Uskup Allo melambaikan tangan ketika mengakhiri kunjungan visitasi dan meninggalkan umat di Kapi,Asmat. 2021 (Istimewa)

Di peta Indonesia, Asmat sering dipandang sebagai wilayah terjauh: rawa tak bertepi, sungai berlumpur yang menjadi satu-satunya jalan hidup, cuaca ekstrem, serta keterisolasian geografis yang menguji daya tahan fisik dan mental manusia. Namun dalam peta iman dan kemanusiaan, Asmat justru berdiri sebagai ruang paling jujur untuk belajar tentang arti panggilan, kesetiaan, dan kepemimpinan yang sungguh hadir.

Di sinilah banyak konsep iman diuji bukan dalam wacana, melainkan dalam kehidupan sehari-hari. Di sinilah pelayanan tidak bisa dilakukan setengah hati. Dan di sinilah seorang pelayan, imam, biarawan-biarawati, maupun awam dipanggil bukan hanya untuk datang, tetapi untuk tinggal.

Pada 19 Desember 2025, di Agats, Papua Selatan, sebuah peristiwa iman dan intelektual berlangsung: peluncuran buku Mgr. Aloysius Murwito, OFM: Dari Bakau ke Surga – TUHAN Tidak Pernah Jauh, bersama tiga judul buku lainnya, dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-75 Uskup Agats–Asmat. Peluncuran ini dilaksanakan di tanah Asmat sendiri, bukan di kota besar dan didukung penuh oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat. Pilihan ini mengandung makna mendalam: bahwa kisah pelayanan sejati harus kembali dan bertumbuh di tanah tempat ia dijalani.



 


Keuskupan Agats: Sekolah Iman di Keuskupan Miskin dan Tersulit

Keuskupan Agats dikenal luas sebagai salah satu keuskupan miskin dan paling tersulit di dunia. Tantangannya bukan hanya kemiskinan struktural dan keterbatasan infrastruktur, tetapi juga kompleksitas budaya, bahasa, kosmologi lokal, serta kondisi geografis ekstrem yang menjadikan pelayanan pastoral sebagai perjalanan fisik, mental, dan spiritual yang utuh.

Di wilayah ini, iman tidak tumbuh dari kenyamanan. Ia bertumbuh dari ketekunan dalam kekurangan, dari kehadiran yang terus diulang meski hasil tak segera terlihat, dan dari doa-doa yang dipanjatkan bukan dari ruang aman, melainkan dari bakau, lumpur, hujan, dan sunyi. Doa-doa itu tidak megah, tidak panjang, tetapi jujur dan karena itu terasa naik langsung ke surga.

Tidak semua orang mampu bertahan di medan seperti ini. Tidak semua panggilan sanggup diuji sejauh itu. Agats menjadi semacam seminari kehidupan, tempat seseorang belajar bahwa pelayanan bukan tentang seberapa banyak yang bisa diubah, tetapi seberapa setia seseorang mau hadir.


Dalam setiap perjalanan Pastoralnya, Uskup Allo selalu menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan umat di Stasi As-Atat 2020 (Istimewa)


Kesaksian yang Ditempa oleh Kesunyian

Buku Dari Bakau ke Surga – TUHAN Tidak Pernah Jauh tidak ditulis untuk mengagungkan satu figur. Ia hadir sebagai memori kolektif tentang perjumpaan, persahabatan, dan keteguhan umat Asmat. Gereja digambarkan bukan sebagai institusi yang berdiri di kejauhan, melainkan sebagai sahabat Sejarah yang berjalan bersama umat, mendengarkan dengan sabar, dan memilih tinggal ketika jalan menjadi berat.

Dalam kata pengantarnya, Kardinal Ignatius Suharyo menyebut pelayanan di Agats sebagai “jalan kemartiran dalam arti yang luas”. Ini bukan kemartiran yang spektakuler atau heroik, melainkan kemartiran keseharian: bangun pagi, menembus sungai, menyapa umat, mendengar keluhan yang sama, dan kembali esok hari dengan komitmen yang tidak berkurang.

Bagi setiap imam yang akan diutus ke Asmat, kalimat ini adalah pelajaran kunci:
bahwa kesetiaan lebih penting daripada hasil, dan kehadiran lebih bermakna daripada keberhasilan yang terukur.

 

 

Perayaan HUT ke-75 Uskup Agats tidak hanya diwarnai oleh suka cita, tetapi juga oleh ruang refleksi dan pewarisan nilai melalui talkshow, kesaksian (testimonies), dan peluncuran buku sebagai warisan intelektual dari perjalanan pastoral selama 23 tahun memimpin Keuskupan Agats. (Panitia HUT 75 Uskup Agats, Keuskupan Agats-Asmat). 

 

Kepemimpinan yang Tinggal

Lebih dari dua dekade, Mgr. Aloysius Murwito, OFM memimpin Keuskupan Agats dengan kepemimpinan yang tidak berjarak. Ia hadir bukan sebagai penguasa rohani, melainkan sebagai penyerta perjalanan umat, mendengarkan lebih banyak daripada berbicara, dan memeluk realitas paling sunyi tanpa kehilangan harapan.

Moto hidupnya merangkum seluruh spiritualitas pelayanan itu:
“Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.” (Mazmur 56:12)

Moto ini bukan slogan rohani. Ia adalah fondasi eksistensial bagi pelayanan di wilayah yang tidak menjanjikan kenyamanan, tidak menawarkan panggung, dan sering kali tidak memberi kepastian selain iman itu sendiri.


Buku sebagai Pedoman Pembelajaran Pastoral

Sebagai karya, Dari Bakau ke Surga – TUHAN Tidak Pernah Jauh adalah arsip sosial–spiritual dan warisan intelektual. Ditulis oleh Evi Aryati Arbay, peneliti komunikasi kepemimpinan dan budaya, bersama John Ohoiwirin, pewaris budaya Asmat yang menulis dari dalam pengalaman kulturalnya sendiri, serta disunting dan dikurasi visual oleh Arbain Rambey, buku ini memadukan narasi reflektif, suara budaya autentik, dan dokumentasi visual yang bernyawa.

Lebih dari sekadar catatan pastoral, buku ini menghadirkan paradigma kepemimpinan berbasis kehadiran, kepemimpinan yang tinggal, mendengarkan, dan berjalan bersama. Karena itu, buku ini layak menjadi bacaan wajib dan rujukan pembelajaran bagi:

  • imam dan frater yang akan diutus ke Asmat,
  • pelayan pastoral di wilayah ekstrem,
  • pendidik dan pembina seminari,
  • serta siapa pun yang ingin memahami makna pelayanan yang berakar pada martabat manusia.




Dari Bakau ke Surga

Pada akhirnya, Dari Bakau ke Surga – TUHAN Tidak Pernah Jauh menyampaikan satu pelajaran yang melampaui ruang dan waktu:

bahwa iman sering kali diuji justru di tempat paling miskin dan paling sunyi,
bahwa pelayanan sejati lahir dari keberanian untuk tinggal,
bahwa doa-doa dari bakau tidak pernah sia-sia,
dan bahwa di Keuskupan Agats yang paling tersulit di Dunia
Tuhan tidak pernah jauh.

Buku ini bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk dihidupi.

 



(oleh : Evi Aryati Arbay – Penulis & Etnolog Indonesia dan John Ohoiwirin- Fotografer dan Kurator Museum Kebudayan dan Kemajuan Asmat) 

Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
AGENDA
LINK TERKAIT